India Makin Ketergantungan Batu Bara Imbas Produksi PLTA Merosot Tajam
Produksi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di India anjlok 16, 3 persen, turun paling tajam setidaknya dalam 38 tahun terakhir. Hal itu terjadi imbas curah hujan yang tidak menentu.
Kondisi tersebut memaksa negara tersebut lebih bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara untuk mengantisipasi tingginya permintaan.
Penurunan output tersebut dipengaruhi oleh curah hujan yang sedikit, terendah sejak 2018. Hal itu mengakibatkan berkurangnya permukaan air di waduk, sehingga mendorong pembangkitan listrik tenaga air tahunan ke titik terendah dalam lima tahun terakhir, yaitu 146 miliar kilowatt-jam (kWh).
Tidak hanya produksi, pangsa pasar EBT pun turun untuk pertama kalinya sejak Perdana Menteri Narendra Modi membuat komitmen untuk meningkatkan kapasitas tenaga surya dan angin pada perundingan iklim PBB di Paris pada tahun 2015.
Energi terbarukan menyumbang 11,7% dari output listrik India pada tahun yang perhitungannya berakhir pada bulan Maret tersebut.
India adalah negara penghasil gas rumah kaca terbesar ketiga di dunia. Namun, Pemerintah India kerap mengklaim emisi per kapita yang lebih rendah dibandingkan negara-negara maju untuk mempertahankan peningkatan penggunaan batu bara.
Tingkat reservoir PLTA India juga mencapai titik terendah dalam lima tahun. Itu berarti, produksi pembangkit listrik tenaga air kemungkinan akan tetap rendah selama bulan-bulan terpanas di April-Juni tahun ini.
Hal itu berpotensi meningkatkan ketergantungan pada batu bara selama periode permintaan tinggi sebelum musim hujan dimulai pada bulan Juni.
Mantan kepala Departemen Meteorologi India, K.J. Jamesh mengatakan ada kemungkinan peningkatan curah hujan tinggi tahun ini. Namun dampak apa pun terhadap keluaran pembangkit listrik tenaga air tidak akan terlihat sebelum Juli.